Analisis Yuridis terhadap Putusan Pengadilan dalam Pencatatan Perkawinan Beda Agama Sebelum dan Sesudah Adanya SEMA No. 2 Tahun 2023
Studi Kasus Putusan nomor 91/Pdt.P//2022/PN Bks
DOI:
https://doi.org/10.55606/khatulistiwa.v5i1.5947Keywords:
Interfaith Marriage, Marriage Registration, Court DecisionAbstract
Interfaith marriages often experience difficulties in official registration, which has an impact on legal status and civil rights. In the Constitutional Court Decision Number 68/PUU/XII/2014, it firmly rejected interfaith marriages, this decision emphasized that interfaith marriages have no constitutional basis in Indonesia and are still regulated by applicable laws. This study aims to analyze court decisions relating to applications for registration of marriages between adherents of different religions, especially before and after the issuance of SEMA No. 2 of 2023. This study uses a normative research method and a case study approach to decision number 91/Pdt.P//2022/PN Bks. This study attempts to answer questions related to the registration of interfaith marriages
References
Asshiddiqie, J. (2005). Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia. Konstitusi Press.
Kementerian Agama RI. (2024). Peraturan Menteri Agama Nomor 22 Tahun 2024 tentang Tata Cara Pencatatan Pernikahan. Kementerian Agama RI.
Komnas HAM RI. (2021). Laporan tahunan Komnas HAM: Kebebasan beragama dan berkeyakinan. Komnas HAM RI.
Kustini. (2013). Menelusuri makna dibalik fenomena pernikahan dini. Kementerian Agama RI, Badan Litbang dan Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Mahfud MD. (2010). Politik hukum di Indonesia. Rajawali Pers.
Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2023). Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 2 Tahun 2023 tentang Petunjuk bagi Hakim dalam Mengadili Perkara Permohonan Perkawinan Beda Agama. Mahkamah Agung RI.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. (2010). Putusan Nomor 46/PUU-VIII/2010. Mahkamah Konstitusi RI.
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. (2014). Putusan Nomor 68/PUU-XII/2014. Mahkamah Konstitusi RI.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. (2023). Yandri Susanto: Terima kasih MA larang nikah beda agama. mpr.go.id. https://mpr.go.id/berita/Yandri-Susanto-:-Terima-Kasih-MA-Larang-Nikah-Beda-Agama (Diakses 3 Mei 2025)
Pengadilan Negeri Bekasi. (2022). Putusan Nomor 91/Pdt.P/2022/PN Bks. https://putusan3.mahkamahagung.go.id (Diakses 3 Mei 2025)
Rahardjo, S. (2009). Hukum progresif: Hukum yang membebaskan. Kompas.
Republik Indonesia. (1945). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Republik Indonesia. (1974). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 1.
Republik Indonesia. (2013). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 232.
Republik Indonesia. (2019). Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lembaran Negara RI Tahun 2019 Nomor 186.
Tobing, L. (2017). Masalah pencatatan perkawinan beda agama. Hukumonline. https://www.hukumonline.com/klinik/a/masalah-pencatatan-perkawinan-beda-agama-lt528d75a6252d7/ (Diakses 3 Mei 2025)
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.